"Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? [Yohanes vi:30]. Ada banyak tanda sebagai isyarat tindakan apa yang Anda akan lakukan pada saat suatu tanda muncul, seperti merah, hijau, dan kuning. Di dalam hotel, pabrik atau kapal bunyi raungan sirene adalah suara isyarat tanda kebakaran. Sirene tanda karyawan selesai jam kerja ... Manusia bahkan hewan membutuhkan tanda sebelum melakukan suatu tindakan terhadap sesuatu yang akan terjadi. Di masa lalu ketika hutan masih lebat di gunung Merapi dan sekitarnya, jika banyak hewan keluar dari dalam hutan tidak seperti biasa, itu pertanda sedang terjadi kegiatan vulkanik hebat di gunung ini. Banyak burung nazar berkerumun di satu tempat, itu adalah pertanda ada bangkai di situ. Namun, banyak manusia tidak memberi respon terhadap suatu keadaan, walaupun tanda sudah ada. Misalnya, lampu trafik telah berubah menjadi merah, seharusnya saatnya memberi kesempatan kepada orang lain untuk jalan, sebaliknya orang ini justeru tidak menghentikan mobilnya.
Akhir zaman tidak ada yang tahun kapan, tetapi ada tanda-tandanya : banyak peperangan, banyak bencana alam, semakin banyak penyesatan, dan semakin banyak orang pandai tetapi jahat (Mat 24:3 dan 2 Tim. 3).
Tanda keajaiban diberikan kepada orang yang percaya. Orang Yahudi minta tanda sebagai landasan untuk percaya, bahwa Yesus itu Juruselamat. Di mata bangsa Yahudi, Musa adalah nabi besar bangsa itu yang diyakini oleh mereka telah memberi makan kepada nenek moyak mereka di padang gurun. Jadi menurut jalan pikiran mereka, jika ada orang yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang Juru Selamat, maka orang ini harus lebih besar kuasanya dibandingkan dengan Musa. Yesus tidak pernah memberi tanda langsung kepada orang Farisi, karena mereka tidak percaya (Yoh. 5:45-47). Banyak kebenaran tentang Yesus berada di dalam seluruh kitab para nabi secara tersembunyi atau nubuatan. Musa menulis di dalam kitabnya tentang ular tembaga yang ditinggikan di padang gurun bagi keselamatan bangsa ini adalah nubuatan tentang Yesus.
Membandingkan orang Jawa Kristen pada abad ke 19 yang menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka, karena orang Jawa pada waktu itu tanggap pada setiap keadaan tentang suatu perubahan zaman yang berkaitan dengan nubuatan yang mereka yakini akan terjadi. Dari sejak nubuatan itu dinyatakan sampai Injil diterima oleh orang Jawa Kristen lamanya adalah 700 ratus tahun. Pertanda apakah yang diterima oleh mereka? Nubuatan itu bunyinya demikian, bahwa pada suatu saat nanti tanah Jawa akan diperintah oleh seorang raja yang sangat adil dan memberikan keadaan sangat damai sejahtera kepada rakyatnya, tetapi sebelum keadaan ini terjadi, rakyat akan mengalami penderitaan yang sangat luar biasa. Nubuatan ini oleh orang Jawa biasa disebut nubuatan Ratu Adil yang mulai beredar pada masa pemerintahan Raja Jayabaya di Kediri pada abad ke 12. Sepanjang abad ke 19 seluruh Jawa memang mengalami penderitaan luar biasa, yaitu rakyat mengalami bencana kelaparan hebat di mana-mana sejak pemerintah kolonial Belanda memberlakukan tanam paksa, yaitu 1/5 sawah rakyat harus ditanami tanaman yang laku di pasaran di Eropa dan harga jual tanaman ini ditentukan oleh pemerintah [tentunya sangat rendah]. Puluhan ribu rakyat mati akibat kebijakan pemerintah ini menimbulkan duka nestapa sangat dalam. Dalam keadaan penderitaan sangat luar biasa ini, tersiarlah kabar, bahwa di desa Ngoro, dekat Mojowarno, Jawa Timur, ada beras berlimpah di sana dengan harga sangat murah, berkualitas baik, dan di sana ada seseorang yang menyampaikan ajaran baru. Berbondonglah mereka ke sana untuk mendapatkan apa yang menjadi kerinduan mereka, yakni penggenapan nubuatan Ratu Adil. Ajaran baru ini disampaikan oleh penginjil Jawa, namanya Conrad Laurens Coolen, berbicara banyak tentang betapa baiknya Yesus memelihara umat-Nya yang menderita sengsara. Ajaran baru ini segera diterima oleh banyak orang Jawa Kristen yang mempercayai bahwa Ratu Adil yang telah datang ini, namanya adalah Yesus.
Orang Yahudi meminta tanda kepada Yesus setelah Dia memberi makan kepada 5000 orang yang berbondong-bondong mengikuti-Nya. Jika teks tertulis 5000 orang, pernyataan ditujukan terhadap 5000 orang laki-laki, karena tradisi orang Yahudi lebih mengutamakan laki-laki dari pada perempuan dan anak-anak. Andreas, saudara Simon Petrus mengatakan, bahwa di antara yang berbondong-bondong itu ada seorang anak yang membawa 5 roti jelai dan 2 ekor ikan, tidak tertutup kemungkinan juga ada banyak anak-anak yang lain dan perempuan-perempuan dari ibu-ibu anak-anak ini. Jadi, dengan kata lain jumlah mereka yang mengikuti Yesus diperkirakan mencapai ribuan orang melebihi angka 5000 ini. Mereka mendapatkan bagian dari roti dan ikan, bahkan kekenyangan dan kelebihan. Tidak ada setiap orang yang hadir tidak mendapat bagian!!! Tanda ajaib yang telah dibuat oleh Yesus ini sebenarnya parallel dengan pengalaman bangsa Yahudi yang pernah menerima manna di padang gurun dibawah pimpinan Musa, tetapi tetap saja mereka tidak mempercayai bahwa yang datang itu adalah Juru Selamat.
Tidak di semua tempat Yesus membuat tanda ajaib, bahkan di tempat Dia dibesarkan, di Nazaret, Dia tidak membuat satu pun tanda ajaib, karena tidak ada di antara mereka yang mempercayai Dia. Mungkin Anda mempunyai pikiran, mengapa Yesus tidak membuat sekali saja tanda ajaib di sana, siapa tahu di antara mereka ada yang menjadi percaya. Yesus tidak akan membuat tanda ajaib sebagai tontonan murahan. Yesus sangat menghargai sekali karena iman orang menerima Dia sebagai Juru Selamat, bukan karena melalui penglihatan tanda ajaib. Tanda keajaiban yang telah diberikan oleh Yesus kepada orang-orang Parisi, yaitu Dia memberi makan kepada lebih 5000 orang laki-laki, perempuan, dan anak-anak seharusnya sudah cukup membuat orang biasa menjadi percaya bahwa Dia adalah Juru Selamat. Ada yang masih kurang?
Ketika Yesus masih hidup di Palestina 2000 tahun yang lalu, bangsa Yahudi pada waktu itu juga sedang menghadapi penderitaan menyakitkan sebagai bangsa terpilih, yakni penjajahan oleh Imperium Romawi. Yang diharapkan oleh mereka adalah Juru Selamat yang dapat membebaskan penderitaan fisik hidup mereka dari penjajahan bangsa lain. Hal yang biasa hidup di dalam penjajahan adalah sulit mendapatkan kesejahteraan, termasuk mendapatkan makanan layak dan memadai. Menurut persepsi mereka hidup sejahtera adalah bebas dari perbudakan dari bangsa lain dan cukup makan roti seperti pada zaman Musa mereka mendapat makanan cukup dari sorga, yaitu manna. Hidup dengan kecukupan roti adalah pikiran yang akrab dengan kehidupan hari demi hari mereka. Jadi, jika ada orang yang mengaku Juru Selamat kepada mereka, Juru Selamat ini harus mempunyai kuasa yang jauh lebih hebat dibandingkan dengan Musa. Namun, Yesus datang ke dunia untuk membebaskan mereka dari belenggu perbudakan yang jauh lebih berat dibandingkan dengan perbudakan secara fisik, yaitu belenggu perbudakan dosa. Pikiran Tuhan memang tidak pernah parallel dengan pikiran manusia. Pikiran manusia lebih banyak tertuju pada masalah jangka pendek, sebaliknya pikiran Tuhan untuk tujuan jangka panjang dan kekekalan [eskatologis].
Percaya saja. Adakalanya kita dituntut hanya percaya saja terhadap suatu masalah yang kita hadapi. Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hokum Taurat ini [Ulangan xxix:29]. Misalnya : Pada suatu hari mobil Anda rusak sehingga tidak dapat jalan lagi, Anda tentu tidak perlu harus kuliah di bidang tekhnik mesin mempelajari mesin mobil untuk memperbaiki mobil Anda, tetapi cukup bawa saja ke bengkel mobil terdekat dan percaya saja kepada montir mobil di bengkel tersebut. Seorang insinyur yang telah merancang sebuah pesawat penumpang berkata, bahwa pesawat rancangannya mempunyai radar segala cuaca. Anda tidak perlu kuliah di bidang tekhnik mesin pesawat terbang untuk membuktikan ucapan insinyur ini, tetapi terbanglah bersamanya. Percaya saja. Namun, Anda jangan berandai-andai seperti ini, jika Anda berjumpa dengan seseorang di Pasar Beringharjo berkata, bahwa dia adalah seorang yang dapat menyelamatkan hidup Anda, apakah Anda langsung percaya begitu saja. Jawabannya adalah ya, percaya, kenyataannya Anda telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat Anda. Alasannya, karena dari sejak semua Tuhan telah menetapkan siapa yang terhitung akan diselamatkan oleh-Nya, Roh Tuhan pasti melindungi dan memberi tuntunan kepada roh orang terpilih tersebut luput dari ajaran sesat.
Ajaran sesat selalu tidak pernah bertahan lama, karena Anak Manusia ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel [baca : di tempat di mana Anda berada] dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwa Anda sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Pedang yang akan menembus jiwa seseorang adalah bicara tentang kebenaran yang berlawanan terhadap ajaran sesat yang menjadi kendaraan kebohongan. Tuhan adalah pedang kebenaran itu sendiri menembus dan mengusir semua kebohongan yang pernah memenuhi setiap jiwa yang telah ditipu oleh Iblis.
Pada saat ini saya telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat saya, karena Roh Kudus atau Roh Tuhan adalah Tuhan sendiri memperlihatkan diri-Nya kepada roh saya dan saya memberi respon menerima Dia sebagai Juru Selamat saya. Di Indonesia setiap hari selama bertahun-tahun Roh Tuhan memperlihatkan kehadiran-Nya di bumi ini, seperti persekutuan doa orang percaya, orang-orang percaya berkumpul setiap hari Minggu di gereja, dan banyak kegiatan social semua orang percaya, tetapi hanya sedikit saja yang memberi respon menerima. Karena yang paling penting adalah respon menerima, bukan berapa banyak tanda diberikan dengan harapan supaya banyak orang menjadi percaya. Walaupun seorang dokter telah memberi penjelasan panjang lebar efek sebuah obat kepada pasiennya, tidak akan memberi dampak kesembuhan karena pasien tidak percaya dengan pejelasannya. Karena itu, tidak mengherankan sama sekali, ada orang yang mau menerima Yesus setelah bertahun-tahun kemudian, sebaliknya ada juga yang langsung begitu saja memberi respon menerima Dia.
Tanda keajaiban membangun iman orang percaya. Ada orang yang dapat percaya kepada Yesus setelah melihat mujizat atau tanda ajaib terjadi, sebaliknya ada juga orang yang tidak memerlukan mujizat, tetapi percaya bahwa Yesus itu adalah Juru Selamat. Untuk kedua jenis orang seperti ini, inilah realitas Injil Kristus, bahwa berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan, walaupun tidak melihat mujizat-Nya. Tuhan memperlihatkan mujizat tidak sembarang waktu, karena Tuhan Mahatahu bahwa kehidupan rohani yang mengandalkan mujizat belaka, akan membuat orang menjadi tidak pernah dewasa, terbuai terus oleh nikmatnya mujizat. Mujizat itu adalah segala sesuatu yang didapat tanpa kesulitan, karena Tuhan telah sediakan begitu saja. Misalnya, Anda sedang asyik duduk dan membaca majalah di beranda rumah, lalu ada orang datang membawa satu nampan penuh makanan. Besok terjadi lagi demikian dan seterusnya. Lama-kelamaan Anda menjadi orang malas kerja, karena Anda berpikir, buat apa kerja kalau setiap hari ada saja yang mengirim satu nampan penuh makanan. Tuhan tidak menyukai kalau ada umat-Nya menjadi pemalas, karena manusia fitrahnya adalah kerja. Kerja menjadi pengelola bumi yang telah diamanatkan oleh Tuhan. Mujizat itu memang nyata ada, tetapi hidup menuju dewasa rohani bukan mendahulukan mujizat, melainkan kita harus mendahulukan terlebih dahulu untuk memuliakan Tuhan yang berkuasa menciptakan mujizat. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk membuat manusia fasik bertobat menerima-Nya sebagai Juru Selamat.
Tanda-tanda akhir zaman dari Tuhan memang banyak, seperti hari demi hari semakin bertambah banyak orang meninggalkan keselamatan yang telah diberikan oleh Tuhan. Misalnya, Turki disebut Asia Kecil, dulu 2000 tahun yang lalu sebagian besar penduduk negeri ini masih berpegang iman kepada Kristus, tetapi sekarang telah menjadi negara sekuler Republik Islam Turki, demikian juga dengan Damaskus dan Lebanon bernasib sama. Di Indonesia ketika dipegang oleh pemerintah kolonial Belanda masih terdapat kantong-kantong Kristen atau Katholik di Jawa, tetapi sekarang kantong-kantong ini telah berpindah tuan. Apakah mereka telah melupakan tanda ajaib yang telah dibuat oleh Yesus Kristus di desa Ngoro, dekat Mojowarno di Jawa Timur melalui hamba-Nya, Conrad Laurens Coolen? Apakah mereka juga telah melupakan tanda ajaib Yesus Kristus di desa Karangjoso melalui hamba-Nya, Sadrach? Kenyataannya memang demikian mereka melupakan. Terkutuklah mereka yang hidupnya mengandalkan kekuatan manusia.
No comments:
Post a Comment