Best Food
nice food
healty Food

Sunday, January 24, 2010

Book Review : Only 13




Apa yang pertama kali Anda pikir begitu mendengar kata prostitusi? Pastinya, semua hal negatif yang lebih berat ke arah menyalahkan dan menghakimi wanita-wanita tersebut. Yang jarang diungkap, bagaimana sebenarnya bisnis prostitusi itu sendiri dan keadaan seperti apa yang menyebabkan seorang wanita terjebak dalam bisnis prostitusi.


Saat kemarin jalan-jalan ke Bangkok, kebetulan saya melewati daerah red district dan melihat langsung betapa ramainya kehidupan prostitusi di Bangkok. Dan kebetulan, saya menemukan buku yang mengungkap tentang industri prostitusi Thailand dari sudut pandang Lon, seorang mantan PSK Thailand. Buku berisi kisah nyata itu berjudul Only 13.


Secara penulisan, tidak ada yang terlalu menarik dari buku ini. Kata-kata yang diungkapkan dengan bahasa yang sangat sederhana, hanya berupa diary kehidupan seorang mantan PSK sejak dia berumur 13 tahun sampai 20an tahun. Beberapa bagian cerita yang diungkapkan pun terlalu detail sampai pada hal-hal yang tidak penting. Namun, justru efek pasca menamatkan buku ini sendiri yang benar-benar terasa.


Kekomplitan cerita ini membuat kita mendapat gambaran utuh tentang hal-hal yang dilalui Lon serta perasaan-perasaannya selama bertahun-tahun berada dalam industri prostitusi. Mulai dari gambaran kehidupan miskin di kampung halaman Lon serta berbagai konflik keluarga saat ia masih kecil yang menyebabkan perilakunya menjadi sangat nakal, kematian ayahnya yang menyudutkan dirinya, dan awal kepindahannya ke Bangkok untuk mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya sampai terjebak dalam industri prostitusi. Fase berikutnya bercerita tentang tekanan ibunya agar Lon terus dan terus mencari uang, kedekatannya dengan berbagai pria asing, perasaannya merasa tidak mempunyai nilai lagi di mata keluarga dan masyarakat, industri prostitusi di Pattaya, kepindahannya ke berbagai negara Eropa, serta berbagai perasaan bersalah yang menghantuinya dan terus ditumpuk bertahun-tahun. Dan semua hal itu dilaluinya di usia yang masih sangat muda. Selain itu, buku ini juga sedikit menyinggung kultur negara Thailand baik dari segi watak orang daerah sampai masalah buruh dan tenaga kerja, lengkap dengan jumlah upah yang diterima untuk masing-masing pekerjaan (sebuah pemaparan yang dapat menjadi alasan kenapa akhirnya banyak perempuan muda yang terjebak dalam industri ini). Keadaan-keadaan ekonomi sosial yang sebenarnya tidak jauh berbeda dari Indonesia.

Secara karakter, Lon disini digambarkan tidak terlalu baik. Dia sendiri mengakui bahwa dia banyak berbohong dan menipu semata-mata untuk uang dan bersedia melakukan apa saja demi uang. Begitu juga karakter-karakter para pria asing yang mengencaninya, semua tergambarkan dengan sangat apa adanya.


Sampai hampir akhir buku, cerita ini seolah tertebak : kisah sukses seorang mantan PSK yang berhasil melewati kisah kelam masa lalunya, berani untuk berbagi cerita sebagai pelajaran bagi masyarakat, dan sukses membangun pekerjaan baru lagi. Ternyata sayangnya, tak ada happy ending dalam kisah ini. Pada akhirnya, Lon menderita skizofernia akut dan sampai saat ini berada di rumah sakit jiwa. Sebuah kisah yang sangat tragis.

Hal paling menarik dalam buku ini adalah mengungkapkan bahwa sebetulnya dalam industri prostitusi, pada akhirnya semuanya menjadi korban. Kisah Lon mengungkap narasi yang jarang muncul, bukan sebagai pembenaran, namun agar membuat kita kita terbuka dengan sisi-sisi lain yang sebetulnya menjadi akar permasalahan prostitusi di seluruh dunia, antara lain kemiskinan, budaya materialistis, dan kurangnya pendidikan dan skill. Hal-hal yang sayangnya sering tergeser dari perhatian akibat stigma super negatif orang yang terlebih dahulu memojokkan dan mengsimplifikasi permasalahan ini dari awal.

No comments:

Post a Comment