Menjalani setahun perkuliahan di tingkat dua ITB memberi saya banyak sekali pelajaran. Kalau diingat-ingat lagi, banyak kesalahan yang saya lakukan hingga hasil akhirnya gak maksimal. Walaupun begitu, gak bisa dipungkiri kalau saya gak mengalami itu, saya gak bakal dapet pembelajarannya. Apa aja hal-hal yang saya dapet?
Tipe pengajaran dan jenis soal ujia nyang keluar bisa sangat berbeda antara dosen. Jadi,
teman-teman sekelas itu sangat penting untuk belajar bareng.
Jangan pernah menyepelekan perkara tugas kelompok. Menurut saya, tugas kelompok dengan segala dinamika masalahnya adalah the ultimate kaderisasi. Mencakup team work, pembagian kerja, kedisiplinan mematuhi deadline, dan memprioritaskan hal. Biasanya, sifat-sifat asli tiap orang akan kebuka disini. Alhamdulillah, semua kelompok tugas besar / praktikum di taun ke 3 berjalan lancar dan tanpa hambatan berarti.
Skill membagi waktu dan memprioritaskan hal adalah skill yang mahapenting buat mahasiswa! Buat yang gak kebiasa, jangan mengacaukan ritme tidur dengan alasan mengerjakan tugas. Akan lebih kacau untuk janga panjangnya. Paksakan diri untuk punya jam tidur yang tetap tiap hari. Caranya, padatkan aktivitas di siang hari dengan gak menyia-nyiakan waktu kosong. Achievement saya yang paling membanggakan di semester 4, dengan segala aktivitas dan tugas-tugas kuliah yang menggila, saya berhasil hampir nggak pernah bergadang dan cabut kuliah untuk mengerjakan tugas. Caranya adalah nyicil dan bawa laptop kemana aja, jadi kalo ada waktu luang dikit bisa lanjutin ngerjain tugas.
Tapi, hal ini ternyata juga gak menjamin. Nyatanya,
mengerjakan tugas tepat waktu dan hadir di setiap perkuliahan gak menjamin kualitas belajar. Karena kecapekan, tetep aja konsentrasi menurun sehingga gak bisa terlalu fokus saat kuliah. Apalagi sayangnya, biasanya nilai tugas kelompok atau praktikum gak segitunya menjadi bobot yang besar untuk perhitungan IP. Walaupun merasa super rajin dan waktu hanya terbuang untuk mengerjakan tugas, hal itu gak menjamin nilai yang didapat. Ujung-ujungnya, kualitas belajar dan nilai juga yang jadi korbannya Jadi, pastikan tetap konsentrasi full di kelas sampai ngerti.
Jangan sampai terlena. Masuk dalam komunitas biasanya menimbulkan efek comfort zone. Sisi buruknya, kadang kita jadi terlena. Entah terlena dengan akademis ataupun kewajiban lain. Terlalu banyak contoh yang keasikan beraktivitas di organisasi, terus secara perlahan jadi menghilang dari ruang kelas. Bahayanya, ini hal yang gak disadari. Awalnya pelarian dari sulitnya kuliah, terus merasa nyaman karena level acceptance di komunitas tersebut tinggi, dan semakin menjadi. Pilah pilah.
Tiap organisasi / komunitas menawarkan value dan kultur yang berbeda. Pasti pada awalnya banyak ketidaknyamanan yang muncul. Jangan terlalu memaksakan tapi juga jangan terlalu cepat men judge sesuatu. Sisi positif sesuatu itu emang gak bakal muncul di awal permukaan. Tapi kalo emang udah diikutin lama dan tetep ngerasa gak nyaman, ya jangan dipaksain juga. Masih bakal cara tempat untuk menyalurkan energi dan waktu yang lebih sesuai.
Punya sahabat-sahabat zona netral yang bisa diandalkan itu penting. Ada halnya lagi jenuh dan pengen ngilang entah dari organisasi atau apa. Dan pada titik tertentu, terkadang organisasi itu bisa menjadi lumayan politis. Si orang-orang inilah yang bisa jadi zona netral dan pelarian kita kalau emang lagi pengen ngilang dari semuanya.
Bakal banyak banget orang hebat di kampus, tipikal orang-orang berkegiatan sampai mampus tapi IP masih melambung tinggi. Ngebandingin kita sama orang lain gak bakal menghasilkan apa-apa. Tiap orang punya potensi dan kapasitas masing-masing.
Tau kapasitas diri dan potensi apa yang bisa dikembangin, dan fokus di situ. Sempatkan
liburan setiap beberapa bulan. Entah itu dengan traveling atau staycation (punya quality time sendiri / dengan keluarga di rumah). Banyak doktrin dan jargon yang didapat di kuliah yang perlu di filter dan dicerna ulang, dan hal ini bisa didapatkan dengan punya ‘jarak’ dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini penting agar kita bisa berfikir objektif dan menambah wawasan baru. Jangan segitunya nurutin kegiatan kampus karena gak bakal abis-abis kalo diikutin terus.
Evaluasi terbesar saya saat lulus taun kedua :
tentukan target-target spesifik yang mau dicapai dari awal semester. Karena saya masuk taun ke 2 dengan lempeng, saya jadi kurang tegas untuk menentukan prioritas. Ikut bantu-bantu satu hal, lalu lanjut ke hal-hal lain tanpa bisa dibatasi dan ujung-ujungnya agak keteteran sendiri.
Sebenarnya hal tersebut cukup wajar sih mengingat terlalu banyak hal baru yang bikin penasaran untuk dicoba. Jika memang gak pernah bermasalah dengan IP sepadat apapun kegiatan, it’s ok untuk jadi superaktif dan memanfaatkan waktu kosong semaksimal mungkin. Tapi, kalo punya kapasitas akademis yang gak super-super amat seperti saya, ternyata mesti punya batasan sejauh mana kita akan terlibat dalam satu kegiatan. Dan, strategi ini berhasil untuk seorang temen saya yang pada akhirnya berhasil meraih IP sempurna. Gak ada salahnya kan untuk dicoba?
No comments:
Post a Comment