Best Food
nice food
healty Food

Monday, February 15, 2010

The Hidden Charm of Vietnam

Di Indonesia, Vietnam memang belum populer sebagai destinasi wisata. Tapi, justru ketidaktahuan itu yang mendorong saya dan ketiga sahabat saya –Adhyaksa Mardjuni, Agnindhira Napitupulu, dan Raditya Mahdi- tertarik untuk discover the undiscovered. Maka, berbekal tiket ekonomi promo AirAsia (500rb), datanglah kami ke Ho Chi Minh City saat liburan semester lalu.



Perjalanan pesawat dari Jakarta selama hampir tiga jam membawa kami ke Tan Son Naht International Airport, Ho Chi Minh City. Bandara yang kecil tapi cukup modern –memberi first impression bahwa HCM sudah cukup maju. Di sana, kami menginap di Pham Ngu Lao, District 1. Berbekal browsing, pilihan menginap jatuh pada Elios Hotel, hotel bintang 3 yang cukup nyaman dengan lokasi sangat strategis (500rb per malam). Pham Ngu Lao merupakan daerah backpackers yang sangat lively 24 jam. Di sekitar situ terdapat banyak kafe, convenient store, dan tempat makan berbagai jenis makanan dari segala negara. Selain itu, daerah ini juga sangat ramai dengan travel agen yang memudahkan kita mencari tur-tur singkat dan mencari informasi tentang pariwisata. Kemeriahan daerah ini dengan ramainya turis dari segala bangsa dan pilihan tak terbatas untuk wisata kuliner sudah menjadi daya tarik tersendiri.




Saat keliling kota, ada satu hal yang pasti sangat mencolok. HCM memiliki banyaknya gedung- gedung peninggalan zaman kolonial Prancis yang berada di pusat kota dan masih terawat sangat baik. Sangking banyaknya, rasanya seperti berada di Eropa. Antara lain Notre Dame Cathedral, Central Post Office, City Hall. Landmark-landmark itu letaknya berdekatan di pusat kota dan tinggal jalan kaki untuk pindah ke tempat lain. Yang terkenal, tentu saja Reunification Palace, seperti Istana Bogor nya Indonesia, lengkap dengan tur gratis ke dalamnya lengkap dengan segala penjelasan tentang sejarah kemerdekaan Vietnam. Ada pula Saigon River, daerah pinggir sungai yang cocok untuk bersantai. Tersedia kapal-kapal yang menawarkan paket dinner cruise dengan harga yang cukup mahal. Kalau mau ekonomis, lebih baik duduk-duduk di kafe-kafe pinggir sungai nya.





summer in "Europe"

reunification palace dan ruangan2 di dalamnya

Agak ke luar kota sedikit, kami mengikuti half day trip ke Cu Chi Tunnels yang berisi miniatur dan diorama tentang perang gerilya. Dimulai dari penjelasan sejarah perang Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, melihat bunker-bunker bawah tanah, mempelajari jebakan perang yang bikin merinding, sampai langsung masuk ke dalam Cu Chi Tunnels (yang sudah diperlebar dari ukuran aslinya) untuk merasakan sendiri gelap dan sempitnya tempat para pejuang perang hidup selama bertahun-tahun. Selain itu, ada juga Cao Dai Temple yang sangat unik karena memiliki arsitektur campuran dari berbagai agama dan budaya.


jebakan perang yang menyeramkan - pose khas turis - inside the tunnel


penjelasan tentang sejarah - bentuk dalam tunnel

Bagi yang senang sejarah, HCM menyediakan banyak museum untuk menambah referensi. Ada War Remnants Museum, Ho Chi Minh City Museum, Southern Women Museum, The Fine Art Museum, dll. Karena letaknya agak berjauhan dan beda district, pastikan dulu rute lokasi berkunjungnya.


simbol Cao Dai yang unik - ritual keagamaan Cao Dai - suasana Saigon River

Menjelajahi makanan di Vietnam wajib hukumnya. Walaupun sesama Asia Tenggara, bekas kolonial Prancis terlihat jelas dari makanan-makanan yang ada. Sehingga, makanan yang tersedia relatif cukup berbeda dari chinese food yang sering kita temui. Selain itu, harganya juga murah meriah!


kopi khas vietnam - baguette pinggir jalan

Dimulai dengan Pho. Mie lembut dengan daging sapi yang rasanya sangat gurih. Walaupun di Jakarta juga ada beberapa restoran yang menyediakan Pho, gak ada yang ngalahin kelezatan rasa yang saya coba disana. Cuma dengan belasan ribu rupiah, saya bisa makan Pho asli dengan size besar dengan rasa yang meresap. Selain Pho, Kopi Vietnam juga wajib dicoba. Penyajiannya pun spesial dengan alat penyaring, rasanya kuat dan manis bersamaan. Vegetable spring roll juga merupakan makanan khas Vietnam. Biasanya dengan ukuran besar, springroll ini terasa sangat segar dan fresh. Cocok untuk menu pendamping makanan utama. Baguette dan sandwhich juga bertebaran di pinggir jalan dan sudah jadi makanan sehari-hari orang Vietnam. Tak hanya itu, aneka olahan seafood juga cukup populer dan bisa ditemukan di hampir semua tempat.







mouth watering food : pho - vegetable spring roll - seafood steamboat

Walaupun sepanas Jakarta, HCM memiliki banyak taman-taman kota nan asri dan terawat di seluruh kota yang sangat berfungsi untuk tempat melepas lelah dan tempat berkumpul warga. Ketika malam, taman kota ini ramai sekali oleh orang-orang yang berolahraga serius mulai dari aerobik bersama sampai mengantri memakai alat-alat fitness yang tersedia gratis. Gak heran, kebanyakan orang yang saya temui berbadan slim dan slender (bahkan, size baju yang dijual memang sangat kecil-kecil). Cara efektif untuk mengkampanyekan gaya hidup sehat.
Berjalan kaki di Ho Chi Minh City terasa cukup nyaman karena pedestrian yang besar, banyaknya taman kota, serta banyaknya turis-turis asing pejalan kaki. Selain itu juga ada semacam satgas turis yang membantu kita menyebrang atau bertanya informasi. Yang paling mencolok, jelas masalah motor yang ada di setiap penjuru. Motor-motor ini bagai semut, siap menghadang dari segala penjuru. Menyebrang jalan jadi cukup bikin deg-degan. Untuk yang jarak agak jauh, akan lebih enak jika kemana-mana menggunakan taksi (merk taksi yang direkomendasikan : VinaSun dan Mai Linh.) Taksi berkapasitas besar tersebut cukup nyaman dan tidak terlalu mahal.



motorbikes everywhere - keruwetan kabel listrik yg jadi khas - suasana backpacker district

Sebagai turis Indonesia, rasanya gak mungkin kalau tidak mencari oleh-oleh dan belanja. Untuk mencari barang-barang branded, rasanya HCM masih kalah dengan Singapur atau kota lain. Jangan harap menemukan mal-mal raksasa macam di Jakarta, karena rata-rata pusat komersil berupa deretan toko layaknya di Eropa. Namun, berbagai suvenir tradisional cukup menarik untuk dibeli. Barang-barang unik dengan motif khas mulai dari tas, selendang, dekorasi rumah, boneka, cukup menggiurkan untuk dibeli. Selain itu, berbagai suvenir berbau perang dengan lambang-lambang sosialis juga tersedia dimana-mana. Kopi otentik juga merupakan oleh-oleh favorit para turis (merk yang terkenal adalah Trung Nguyen Coffee). Saat membeli bisa memilih sendiri jenis yang sama dan langsung digiling. Aroma kopinya benar-benar bikin meleleh.
Tempat untuk berbelanja suvenir antara lain di Ben Tanh Market (di malam hari, di depannya juga ada pasar malam yang meriah), Chinatown, dan sekitar daerah Pham Ngu Lao District. Untuk barang-barang merk ada di sepanjang jalan Le Loi.


aerobik massal di malam hari - taman kota yang asri - suvenir khas

Oh ya, kebanyakan warga Vietnam tidak bisa berbahasa Inggris. Tapi mereka cukup ramah untuk mencoba berkomunikasi dengan turis. Coba jelaskan pelan-pelan dengan bantuan body language. Walaupun terbata-bata dan kocak, tapi lama-lama pasti nyambung. Tips lainnya, selalu tuliskan lokasi tempat yang dituju dan tinggal mereka baca.


Selain Ho Chi Minh, Vietnam sendiri memiliki tempat lain untuk dikunjungi. Antara lain Hanoi ibukota yang modern penuh dengan museum, Hue (imperical city yang serba kuno dan unik), serta Halong Bay, danau dengan deretan bukit dengan panorama yang dramatis. Bahkan, kita bisa tinggal naik bus selama 2 jam ke Kamboja.


Konklusi saya, Vietnam ternyata salah satu pilihan negara di Asia Tenggara yang oke untuk dikunjungi. Serba unik, kaya sejarah, tourist friendly, penuh makanan lezat, namun tetap bersahaja dan charming.
*photos courtesy of Raditya Mahdi

No comments:

Post a Comment