Best Food
nice food
healty Food
Showing posts with label Church Today. Show all posts
Showing posts with label Church Today. Show all posts

Wednesday, May 4, 2011

Yesus Kristus Menurut Pandangan Penginjil Belanda di Pulau Jawa Pada Abad Ke 19 [1]

Jelle Eeltjes Jellesma
Pada tahun 1848 Jellesma tiba di Surabaya setelah sebelumnya mela­kukan pelayanan misi di pulau Seram bagian utara. Pada bulan Juli 1851 dia mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan pengabaran Injil di desa Mojowarno. Ia adalah misionaris pertama Belanda di desa ini.

Segera dia disenangi oleh banyak orang Jawa, karena tindakan-tindakannya yang cukup bijaksana, yang bebas dari keinginan me­mentingkan diri-sendiri sehingga dia tampil sebagai pemenang dalam menarik simpati masyarakat setempat. Tugasnya di sini lebih banyak memelihara dan mempertebal akidah jemaat ketimbang melakukan pekabaran Injil kepada suku Jawa Kristen.

Ia datang ke Ngoro ketika pengaruh Coolen telah memudar, seumpama seorang raja yang turun dari takhtanya. Ia diizinkan oleh Coolen untuk membaptis orang-orang Jawa Kristen yang tersisa di desa ini.  Mengenai Coolen, dia membuat satu kesimpulan, yaitu :

== Coolen sangat paham dalam bahasa, penalaran, kebiasaan dan prasangka sesama bangsanya, khususnya terlatih untuk menemukan titik-titik kontak dan gambaran-gambaran yang dapat memperlancar penyebaran Injil. Mengenai orang-orang Kristen ini pastilah Tuhan akan berkata, bahwa barangsiapa tidak melawan Aku, dia ada di pihak-Ku.  ==

Ia segera menginsyafi bahwa zending harus membiarkan suku Jawa Kristen tetap tinggal sebagai suku Jawa, sebab justeru karena itulah mereka dapat dijadikan sarana untuk menghubungi saudara-saudara sebangsa mereka.

Ia sering melakukan kunjungan ke desa-desa Kristen lain yang banyak tersebar di sekitar Mojowarno. Selama melakukan banyak kunjungan, maka dia biasanya mewakilkan kepemimpinan jemaat Mojowarno kepada Tosari. Pada satu acara  seusai kebaktian dia memberi satu pendapat tentang Tosari, yaitu :

== Paulus Tosari menyampaikan sebuah pidato yang ramah sekali. Kebaktian diawali dan diakhiri dengan doa dan nyanyian kidung jemaat. Ia sangat terkesan, sejauh yang dapat dipahaminya. Kemudian dia memperbincangkan dengan Tosari ihwal tindakan orang-orang ini. Diwarnai beberapa emosi pada pihak Tosari, dia menerima kepastian, bahwa andaikata ada keberatan terhadap orang-orang ini, tentu akan diberitahukan oleh Tosari kepadanya, karena Tosari tak dapat menanggung jawab memberi rekomendasi seorang pun yang tidak bersih.  ==
 
Pada satu kunjungan Jellesma ke Semarang, di Mojowarno terjadi peristiwa yang sangat memalukan mengingat pelaku utamanya adalah tokoh pendiri desa ini, yaitu Abisai Ditotruno yang mengadakan pesta tayuban.* Namun, peristiwa ini tidak melunturkan kredibilitas kepemimpinan Tosari, karena semua pelakunya mendapat sanksi gereja setelah Jellesma kembali dari Semarang.

Banyak misionaris Belanda memberi penilaian yang negatif terhadap pribadi Tunggul Wulung, sebaliknya tidak ada catatan apakah Jellesma juga memberi penilaian negatif terhadap kiai ini. Jansz dari Jepara mempermalukannya dengan cara tidak mau membaptiskannya dengan alasan bahwa dia tidak memiliki dasar-dasar agama Kristen yang benar. Jellesma sendiri yang akhirnya membaptis kiai ini.

Pada akhir pelayanannya, dia telah meletakkan dasar-dasar bagi bagi suatu gereja Kristen Jawa yang sesungguhnya yang sekaligus adalah gereja Kristen yang sesungguhnya. Ia meninggal pada tanggal 16 April 1858 pada usia belum genap 41 tahun, karena penyakit disentri yang telah lama dideritanya. HBP.



* Tayuban adalah pesta tarian rakyat dimana kebanyakan penarinya adalah perempuan-perempuan yang menerima bayaran dari para pengunjung laki-laki dengan cara kurang sopan dan dapat menjurus ke arah percabulan.

Saturday, April 30, 2011

Yesus Mati Untuk Orang Berdosa

Dibaptis di dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Manusia telah jatuh ke dalam dosa karena pemberontakan yang dilakukan oleh manusia terhadap Pencipta, yaitu Tuhan. Manusia sendiri yang membuat permusuhan dengan Tuhan sehingga apa pun yang dilakukan oleh manusia tidak ada yang benar di hadapan Tuhan. Manusia menjadi serba salah karena manusia tidak mempunyai pengetahuan yang baik dan yang jahat sehingga manusia hidupnya ditawan oleh perbuatan mereka dan perbuatan mereka adalah dosa. Manusia yang ditawan oleh dosa, artinya dia adalah budak dosa, seorang budak dosa hidupnya terbelenggu oleh perbudakan dosa. Tuhan mempunyai satu rancangan untuk memperbaiki hubungan yang terputus antara sorga dan bumi yang telah rusak karena dosa yang telah dibuat oleh manusia pertama, yaitu Adam dan isterinya, Hawa. Keselamatan manusia adalah inisiatif Tuhan sendiri terhadap manusia. Tuhan Mahatahu, bahwa manusia tidak akan mampu mendapatkan keselamatan dengan kekuatan sendiri, karena dosa sudah membelenggu hidup manusia. Karena itu, tugas penyelamatan ditugaskan kepada putra-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus, keturunan Abraham dari Ishak yang akan meremukan kepala ular, yaitu Iblis, si Penipu manusia.

Yesus datang untuk mengenapi kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan yang paling utama adalah memulihkan hubungan manusia terhadap Tuhan melalui perantara manusia yang membawa sifat ilahi, yaitu bebas dari dosa dengan cara penebusan sehingga manusia bebas dari perbudakan dosa. Pemulihan hubungan yang telah terputus ini mutlak adalah inisiatif dari Tuhan yang dinyatakan kepada Hawa, bahwa keturunan Hawa akan meremukkan kepala ular. Kemudian Tuhan menegaskan kembali janji-Nya, terhadap siapa keturunan Hawa ini, yaitu Ishak, anak Abraham dari ibunya, yaitu Sarah. Dan, kehendak Allah telah disampaikan kepada manusia melalui para nabi-nabi Tuhan, antara lain hukum Tuhan atau Taurat disampaikan melalui Musa, nubuatan Juru Selamat disampaikan melalui Yesaya dan Yeremia. Kehendak Tuhan yang kedua adalah melalui Roh Kudus memberi kekuatan kepada manusia supaya hidup kudus di hadapan Tuhan.    

Selama ribuan tahun manusia mencari Tuhan dan berusaha menyenangkan Tuhan dengan harapan mendapatkan kenikmatan hidup, karena dalam keadaan berdosa manusia menyadari ada kekuatan Mahaperkasa di luar kekuatan manusia. Melangkah lebih jauh lagi, manusia tidak lagi sekedar mendapatkan kenikmatan hidup, melainkan mendapatkan keselamatan kekal. Tuhan menghendaki bahwa suatu tindakan dapat menyenangkan Tuhan, jika dilakukan sesuai menurut kehendak Tuhan, bukan menurut kehendak manusia. Tindakan seperti apa yang dapat menyenangkan Tuhan? Manusia dengan segala upaya melakukan perbuatan yang dikira baik menurut pandangan manusia sebagai manifestasi ibadat kepada Tuhan.

Namun, orang hanya dapat diselamatkan dari budak dosa jika menaati kehendak Tuhan untuk beriman kepada Yesus, Anak-Nya yang tunggal, yang dilahirkan dari rahim Maria, yang dikandung dari Roh Kudus, dan Maria satu garis keturunan dari Ishak, anak Abraham. Bangsa Israel menjadi budak di Mesir selama 400 tahun adalah gambaran manusia yang menjadi budak dosa. Bangsa ini dibebaskan keluar dari Mesir karena menaati perintah Tuhan melalui Musa untuk membubuhkan darah anak domba atau anak kambing jantan, tidak bercacat, dan berumur setahun di kedua tiang pintu serambi masing-masing rumah mereka pada senja hari. Darah anak domba atau kambing jantan dibubuhkan dengan menggunakan hisop. Pada suatu tengah malam semua rumah di Mesir termasuk istana raja dikunjungi oleh malaikat Tuhan yang membawa maut pada setiap keluarga yang tidak menaati perintah Tuhan.  Jika kedua tiang pintu serambi suatu rumah terdapat tanda bubuhan darah anak domba atau kambing jantan, semua penghuni rumah tidak akan mengalami kematian; sebaliknya jika sebuah rumah tidak didapati tanda bubuhan darah anak domba atau kambing jantan, malaikat Tuhan akan mencabut nyawa anak sulung keluarga ini; bahkan anak sulung ternak pun tidak luput dari kematian. Pada saat fajar menyingsing, timbulah kedahsyatan luar biasa di seluruh mesir, karena anak sulung raja tidak luput dari kematian. Ratusan ribu kematian melanda Mesir. Tetapi bangsa Israel semua selamat. Mereka diijinkan oleh Raja Mesir, Firaun meninggalkan Mesir, mereka menjadi manusia bebas dari perbudakan. Darah anak domba jantan adalah lambang atau meterai keselamatan bangsa Israel yang mentaati perintah Tuhan. Penyembelihan anak domba jantan diperingati oleh bangsa Israel sebagai Hari Raya Paskah, artinya hari pembebasan dari perbudakan. Selain itu, bangsa Israel juga memperingati penebusan dosa pribadi melalui curahan darah domba, kambing, atau sapi jantan tidak bercacat sebagai bagian dari hukum atau syariat Taurat.  

Di masa lalu orang yang menjadi budak seorang tuan dapat dibebaskan oleh pihak lain yang bebas dengan satu tebusan yang sepadan ketika tuan pemilik budak mendapatkan budak ini. Budak tidak pernah dapat bebas dengan kekuatannya sendiri. Semua perbuatan baiknya tidak dipandang sebelah mata oleh pemilik budak, yaitu tuan besar pemilik budak. Perbudakan dosa adalah masalah hidup dan mati, maka penebusan dosa harus dilakukan dengan nilai yang mempunyai hidup juga. Di dalam darah terdapat kehidupan makhluk hidup, tanpa darah domba, kambing, dan sapi pasti mati, karena itu darah adalah lambang penebusan dosa manusia; manusia yang menjadi budak dosa pasti mendapatkan kematian. Jadi, makna pencurahan darah hewan pada Hari Raya Paskah adalah tanpa mempunyai sesuatu nilai yang membuat manusia itu hidup, maka manusia sebenarnya telah mati jiwanya. Sejak di dalam kandungan Maria, Yesus dipenuhi oleh Roh Kudus atau Roh Tuhan, maka darah-Nya kudus dan memberi hidup sehingga dapat menjadi tebusan dosa bagi siapa saya yang mempercayai-Nya.


Yesus disalibkan bertepatan pada saat bangsa Israel akan merayakan Hari Raya Paskah sehari sebelumnya. Yesus digantung di kayu salib, darah-Nya mengalir keluar dari tubuh-Nya membasahi salib dan jatuh membasahi bumi. Darah Yesus tercurah ke bumi adalah lambang atau meterai keselamatan kekal untuk mendapatkan pengampunan dosa, Yesus berkuasa mengampuni dosa manusia; sebagai manusia, Dia bebas dari dosa. Hanya Tuhan yang bebas dari dosa. Tuhan yang menebus dosa manusia, Yesus adalah Tuhan, karena Roh Tuhan ada di dalam-Nya. “ … Barangsiapa percaya kepada-Nya [Yesus], dia [Anda] tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, dia [Anda] telah berada di bawah hukuman, sebab dia [Anda] tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah [Yesus] … “ [Yohanes 3].

Yesus juga merasakan kodrat-Nya sebagai manusia. Satu abad setelah Yesus mati di kayu salib telah berkembang satu ajaran yang mengatakan, bahwa dalam kemanusiaan-Nya, Yesus mempunyai tubuh yang maya saja. Jadi, tapak kaki-Nya tidak meninggalkan jejak di bumi. Hantu barangkali? Lebih jauh lagi dari ajaran ini, ada ajaran yang mengatakan, bahwa siapa pun orang yang menderita sengsara untuk kemuliaan Tuhan tidak akan merasakan sakit fisik, betapa pun hebat siksaan yang dialami oleh orang ini; ajaran ini sempat beredar di kalangan orang Kristen di Indonesia. Ketika Yesus pernah hidup di tanah Palestina sebagai manusia, hidup dengan dimensi fisik manusia, maka Dia juga mempunyai kodrat yang ada pada umumnya manusia, seperti haus, sakit, lapar, kedinginan, marah, gembira, dan … Dia juga mengalami kematian. Tuhan mati? Yesus datang dari sorga turun ke bumi sebagai manusia dengan cara dilahirkan seperti manusia, maka Dia juga harus kembali ke sorga dengan cara seperti yang dialami oleh manusia, yaitu kematian.

Yesus menyelesaikan tugas-Nya. Yesus adalah metafora anak domba jantan tidak bercela [tidak mempunyai dosa] yang dikorbankan oleh bangsa Israel setiap Hari Raya Paskah. Hari Raya Paskah Yahudi memperingati hari bebas dari perbudakan bangsa Mesir, sebaliknya Hari Raya Paskah orang yang percaya kepada Yesus [baca : Orang Kristen] memperingati, bahwa percaya kepada Yesus berarti menerima darah Yesus sebagai meterai yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Bapa yang mengutus Yesus untuk menyelamatkan manusia dari budak dosa. Kemudian hari, apabila Yesus datang ke dunia kedua kalinya, hanya mereka yang mempunyai meterai Anak Domba Tuhan dari Sorga saja yang akan dibangkitkan dari kematian secara fisik. Bagaimana dengan Nuh, Musa, Abraham, Yosua, Yesaya, dan seterusnya sampai kedatangan Yesus yang pertama di Palestina? Mereka menjalankan perintah dari Tuhan dengan landasan iman kepada Tuhan yang memberi keselamatan, bukan karena perbuatan atau ketaatan terhadap syariat. Mereka juga akan dibangkitkan pada hari kedatangan Yesus yang kedua.

Beberapa abad setelah Yesus mati di kayu salib, ada ajaran yang mengatakan bahwa bukan Yesus, anak Maria yang disalibkan, melainkan orang lain, yaitu Yudas Iskariot, murid-Nya yang berkhianat yang disamarkan sebagai Yesus karena Tuhan tidak mungkin mati, apalagi mati secara terhina. Ini ajaran salah!!! Hanya orang bebal saja yang mau mempercayai ajaran sesat ini. Ingatlah baik-baik sekali lagi, bahwa keselamatan datang dari keturunan Ishak, anak Abraham, sedangkan Yudas Iskariot bukan berasal dari keturunan Ishak. Yesus mati, menyerahkan nyawa-Nya, turun ke dunia orang mati, atau alam maut. Tiga hari setelah berada di alam maut, Dia bangkit dari kematian, keluar dari kuburan. Kuburan ini dijaga oleh satu regu tentara Romawi, tetapi semua penjaga ketakutan ketika Dia keluar dari kubur. Maria Magdalena dan Petrus yang menjadi saksi atas peristiwa besar ini. Jika ada Manusia yang dapat bangkit dari kematian, Yesus orangnya, karena Roh Tuhan ada di dalam diri-Nya, Roh Tuhan membangkitkan tubuh Yesus. Manusia biasa seperti Yudas Iskariot, termasuk Nuh, Abraham, Musa, dan lain-lain termasuk Anda, di dalam tubuh kita ini tersimpan roh manusia, kalau tubuh mengalami kematian, maka roh manusia tetap istirahat di alam hades [alam maut]. Tubuh orang yang percaya kepada Tuhan akan dibangkitkan oleh Yesus, jika orang ini mempunyai meterai darah Kristus. Semua manusia bebal tidak akan dibangkitkan, sebaliknya mereka akan menerima hukuman kekal.

Masih tergantung di kayu salib, Yesus berkata :” Sudah selesai.” Ia menundukkan kepala-Nya, kemudian menyerahkan nyawa-Nya. Apa maksud ucapan-Nya :”Sudah selesai”? Yesus telah menyelesaikan tugas yang telah dibebankan oleh Bapa ke pundak-Nya melalui status-Nya sebagai keturunan Ishak untuk menyelamatkan manusia dari budak dosa. Untuk sesaat, Dia memang direndahkan ketika masih tergantung di kayu salib dengan darah bercucuran, tetapi kemudian Dia sangat dimuliakan karena kebangkitan-Nya. Kebangkitan-Nya adalah kepastian keselamatan yang dijanjikan oleh-Nya, karena tanpa melalui Dia tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa. HBP.      

Wednesday, April 6, 2011

Yesus Kristus Menurut Pandangan Penginjil Jawa Kristen Pada Abad Ke 19 [3]

Sadrach Surapranata [1835-1924]
Menurut perkiraan dia dilahirkan pada tahun 1835 di dekat Jepara dengan nama kecil sebagai Radin. Jepara adalah kota kecil terletak di pantai utara Jawa Tengah, di sebelah utara Demak. Berturut-turut dari Pekalongan, Semarang, Demak, Jepara, Pati sampai Lasem adalah daerah di mana banyak Muslim santri tinggal di sini. Dari na­manya saja dapat diketahui, bahwa dia berasal dari desa.

Gereja SION [12 September 2010]
Sepanjang hidupnya banyak dilalui dalam pencarian kebenaran sejati melalui guru-guru pesantren. Karena itu, untuk memahami perkembangan moral dan spiritualnya, ada baiknya untuk memahami apa itu pesantren dan apa saja yang dikerjakan oleh para murid di sini. Pesantren adalah tempat para pemuda menuntut ilmu keagamaan, sama seperti di sekolah Al Quran tingkat dasar, setingkat di bawah pesantren, tetapi di sini dengan kurikulum yang lebih diperluas. Guru pesantren disebut kiai. Ini adalah sebutan yang umum di Jawa terhadap guru agama yang dihormati di dalam masyarakat sedangkan murid pesantren biasa disebut santri.

Mereka memandang kiai sesungguhnya adalah wali-wali hidup, sebagai guru, sumber berkah pengetahuan yang sebenarnya. Kiai harus ditaati tanpa pertanyaan dan bertanggung jawab terhadap ke­butuhan materiil dan latihan spiritual muridnya. Para murid diajarkan terutama mandiri secara spiritual dan mencukupi kehidupan sehari-hari yang pada waktu itu memang serba terbatas. Mereka mengolah sawah dan beternak hewan milik guru pesantren atau membantu berdagang gurunya di pasar. Memang ada juga kiai-kiai kaya yang membiayai pesantrennya, tetapi yang dihargai oleh masyarakat adalah kesederhanaan hidupnya, karena jika tidak begitu, dia akan segera ke­hilangan pengikutnya.

Jika ada murid yang tampak lebih rajin dan lebih berprestasi dari yang lain, dia dapat menjadi asisten kiainya; dengan demikian mereka saling berlomba menjadi rajin dan berprestasi di hadapan gurunya. Lebih dari itu, jika ada murid yang beruntung, karena prestasi dan kepribadiannya sangat menonjol di antara murid-murid lainnya, boleh jadi dia akan diangkat menjadi menantu kiainya sebagai penerus. Kegiatan yang tampak spartan ini pada akhirnya membentuk karakter para santri menjadi orang yang disiplin dan memiliki kemampuan mengembangkan inisiatif dan kreativitas pri­badi.

Santri tidak hanya berasal dari masyarakat rendahan, tetapi ba­n­yak juga yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Di tempat ini mereka diperlakukan sama rata, sama rasa; ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Mereka dididik menjadi santri yang tahu mem­bawa diri baik terhadap lingkungannya sendiri maupun di masyarakat luas. Pada umumnya antara satu pesantren berkaitan dengan pesantren yang lain, karena apabila seorang santri selesai berguru pada seorang kiai selanjutnya berguru pada kiai lain; dia mengembara mencari kiai yang dianggap lebih sakti dari kiai sebelumnya.

Belum lengkap rasanya bagi seorang santri, sekali pun telah mencapai puncak mempelajari agama apabila belum belajar ngelmu untuk menambah kesaktian. Karena kesaktiannya akan menambah nilai kewibawaannya, apabila dia mempunyai pesantren kelak. Ia sempat belajar ngelmu kepada Pak Kurmen alias Sis Kanoman, bahkan dia diangkat sebagai anak angkatnya.

Kemudian dia memulai pengembaraannya memperdalam ilmu keagamaan Islam ke Jawa Timur, Ia mengunjungi ke seluruh pelosok Jombang kemudian dilanjutkan ke Ponorogo, dua kota yang terkenal dengan pesantrennya, tetapi pada waktu itu pesantren Tebuireng di Jombang dan pesantren Gontor di Ponorogo belum ada. Di sekitar Jombang terdapat banyak kantong-kantong Kristen, yang paling menonjol adalah Ngoro dan Mojowarno. Namun, perjumpaannya dengan orang-orang Kristen di sini belum menyentuh kalbunya untuk beralih iman kepada Kristus.

Selesai menimba ilmu di Jawa Timur, Radin kembali ke Semarang dan tinggal di Kauman [tempat tinggal eksklusif orang-orang Islam] sambil memperdalam ilmu dengan guru-guru Arab dan para haji. Se­jak itu dia menambahkan nama Arab dibelakang namanya, menjadi Radin Abas sebagai tanda, bahwa dia adalah benar-benar santri.

Di kota ini, melalui Pak Kurmen atau Sis Kanoman, bekas guru ngelmunya yang telah menjadi Kristen, dia berkenalan dengan seorang pekabar Injil, Tunggul Wulung namanya. Pak Kurmen memeluk agama Kristen setelah dia kalah dalam debat umum dengan Tunggul Wulung. Pergaulannya dengan Tunggul Wulung, membuat dia mulai tertarik dengan kekristenan. Bersama Tunggul Wulung dia berangkat ke Batavia [sekarang Jakarta] untuk diperke­nalkan kepada Anthing, wakil ketua Mahkamah Agung di Batavia. Selama tinggal di kediaman Anthing, dia mengikuti katekisasi oleh Mattheus Teffer, seorang pengabar Injil yang pernah melakukan pelayanan di pulau Sawu dan Sumba.

Pada masa katekisasi Radin di Batavia, ada seseorang lain yang berpengaruh mengisi pikirannya terhadap kekristenan. Ia adalah E.W. King (1824-1884), seorang peranakan Inggeris kelahiran Padang yang pernah belajar teologi di Inggeris. Ia memiliki jemaat Kristen bernama Rehoboth di Mesteer Cornelis [Jatinegara sekarang]. Ia berpengetahuan tentang bahasa dan kebudayaan Jawa sehingga memungkinkan dia bertutur sangat akrab dengan Radin tentang kekristenan. 

Radin Abas dibaptis oleh Pendeta Ader, yang bernama lengkap Johannes Willem Hendrik di Gereja Sion [letaknya di seberang stasiun kereta api Jakarta Kota sekarang], Batavia pada tanggal 14 April 1867 dengan nama baptis, Sadrach. Selama tinggal di tempat Anthing, dia bekerja membantu menyebar­kan traktat gereja, pekerjaan yang dulu pernah dilakukan juga oleh Tunggul Wulung.

Nama baptisnya Sadrach, tampaknya dia tidak sembarangan memilih nama ini. Telah disebutkan di atas, bahwa perilaku rohani suku Jawa adalah mimpi, penglihatan dan pendengaran. Tentu bukan kebetulan apabila dia memilih nama baptisnya adalah Sadrach, nama yang ada dalam kitab Daniel. Di dalam Daniel pasal 2 sampai 4 ter­dapat hal-hal yang tampaknya sejalan dengan ngelmu Jawa, yaitu Raja Nebukadnezer mempunyai penglihatan dalam mimpinya, ke­mudian Daniel menafsirkan mimpi raja ini. Bertitik-tolak dari sini, tampaklah, bahwa Radin Abas memutuskan untuk menggunakan nama baptis Sadrach seperti mematut-matut pribadinya sebagai tokoh yang ada di dalam kitab Daniel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa, dia cermat membaca Alkitab, memiliki bobot intelektual yang cukup memadai untuk menafsir dan disertai pengalaman hidupnya; kelak semua ini mewarnai pikirannya bagaimana dia memandang Yesus.

Sadrach meninggalkan Batavia menuju desa Bondo, di Jepara di sebelah timur Semarang kemudian bergabung dengan Tunggul Wulung. Telah disebutkan di atas [baca Tunggul Wulung], mereka berpisah karena adanya konflik internal di antara mereka. Kemudian dia melanjutkan perjalannya ke Kediri. Tak jelas apa tujuannya menuju ke timur. Mungkin karena dia tidak mendapatkan apa yang sedang dicarinya, dia berjalan balik lagi ke barat menuju Purworejo. Di kota ini dia berkenalan dengan seorang pengabar Injil, yakni Nyonya Philips. Di kota ini juga Sadrach berkenalan dengan pengabar Injil yang lain, yaitu Brouwer. Sadrach menyuruh suku Jawa Kristen untuk belajar lebih lanjut kepada Nyonya Philips dan Brouwer.

Akhir perjalanan Sadrach dalam pencarian ngelmu sejati yang di­carinya, sampailah dia di desa Karangjoso, tidak jauh dari Kutoarjo. Ia telah mendapatkan apa yang dicarinya selama bertahun-tahun pengembaraannya mencari kebenaran, yaitu ngelmu plus yang tidak pernah dia jumpai selama belajar di pesantren. Ngelmu plus itu adalah kebenaran yang terdapat di dalam pribadi Nabi Ngisa Rohul­lah. Sebagai seorang Jawa, dia tidak terlepas dengan tra­disinya, yaitu dia menambahkan namanya, Sadrach menjadi Sadrach Surapranata setelah Nyonya Philips meninggal dan memimpin sendiri jemaatnya di Karangjoso. Nama seseorang tidak terlepas dari gelar-gelar yang dimilikinya, nama Yesus dari Nazaret memang hanya satu, tetapi ke­lak Sadrach menyebut gelar Yesus lebih banyak dibandingkan dengan jemaat di Ngoro.

Pengakuannya kepada Yesus sebagai guru, panutan dan Ratu Adil didasarkan pada pengalamannya tentang makna Yesus bagi dir­i­nya. Pengalaman hidupnya sebagai murid pesantren, guru ngelmu dan berbagai isu yang sedang berkembang dalam masyarakat pada waktu itu mencerminkan pandangannya terhadap Yesus. Isu-isu yang sedang berkembang pada waktu itu adalah mencari guru, panutan dan Ratu Adil.

Figur Yesus yang dipandang Sadrach sebagai seorang guru, ban­yak terdapat di dalam Perjanjian Baru dan apa yang dihayatinya terhadap Yesus sebagai guru adalah bawah sadarnya yang sangat mendalam sepanjang pengalaman hidupnya sebagai murid di pesantren. Menurut Partonadi hakekat seorang guru adalah :

“Seorang guru yang hidupnya tercela tidak dapat berfungsi sebagai seorang panutan, dan karenanya dianggap guru palsu. Literatur klasik Jawa memuat peringatan-peringatan dalam mencari seorang guru yang benar. Seseorang perlu mencarinya dengan hati-hati agar memperoleh guru yang benar, seo­rang panutan sejati – seorang yang sempurna seperti diperlihatkan melalui sikap moral.”

Pribadi yang dilukiskan menurut pandangan seperti ini ada di dalam figur Yesus, penulis meyakini pandangan seperti ini ada dalam pikiran Sadrach seorang pencari kebenaran sejati. Jika seseorang menyebut gelar Yesus sebagai apa, maka gelar yang disebut­nya itu akan terhisab terhadap semua gelar yang dimiliki oleh Yesus, karena gelar-gelar-Nya itu terintergrasi di dalam pribadi-Nya. Jika Sadrach menyebut Yesus sebagai Guru, maka gelar yang disebut olehnya itu terhisab juga terhadap gelar-gelar yang dimiliki Yesus selain sebagai Guru, yakni guru yang menyelamatkan. Jika Sadrach menyebut Yesus sebagai panutan, maka gelar yang disebut olehnya itu juga terhisap terhadap gelar-gelar lain yang dimiliki oleh Yesus sebagai Gembala, yakni gembala yang baik. Karena gembala (baca : pendeta) yang baik pasti akan menjadi panutan bagi domba-dombanya [anggota jemaat].

Tidak salah sama sekali apabila Sadrach menyebut Yesus adalah Ratu Adil sebagai mesias eskatologis. Karena di dalam Mazmur 75, Yesus disebut sebagi Hakim yang Adil, ratu yang adil identik dengan hakim yang adil. Melihat kecermatannya dalam membaca Alkitab, hal ini menunjukkan bahwa dia telah memiliki pemahaman yang benar tentang Yesus bahwa Yesus Ratu Adil bukan lagi ratu adil sebagai pengertian mesias politik, melainkan mesias dalam arti eskatologis. Pemahaman ratu adil seperti inilah yang dia ajarkan kepada pengikut-pengikutnya.

Sadrach menarik banyak pengikutnya melalui debat umum de­n­gan guru ngelmu. Apabila Sadrach [memang selalu] dapat mematahkan ke­yakinan lawannya, maka lawannya beserta seluruh muridnya tunduk berguru kepadanya. Pengaruh kuat Islam sufistik pada waktu itu, yaitu ketaatan murid terhadap gurunya adalah kerangka ketaatan dalam hubungan hamba dan Tuhan (manunggaling kawulo Gusti). Jadi, kalahnya seorang guru dalam bertarung [baca : debat umum], maka murid-muridnya yang lain harus taat juga mengikuti jejak gurunya berpindah kepada agama penakluk gurunya. Jumlah muridnya mencapai lebih 6000 orang. Ia meninggal dunia pada tanggal 14 [atau 15?] November 1924. HBP.